Selamat Datang di Confreria Reinha Rosari Larantuka

Latihan Koor Muji Hari Pertama (Jumad Agung)


Latihan Koor Muji Hari Pertama (Jumad Agung)


Larantuka, 9 Maret 2025_Di bawah tenda sederhana yang didirikan di halaman rumah Bapa Mestri Barat, Bpk. Theo Da Silva, puluhan anggota Konfreria Reinha Rosari berkumpul. Suasana syahdu menyelimuti tempat itu, hanya diiringi suara gemerisik dedaunan dan hembusan angin pagi. Dengan lembaran lagu di tangan, mereka bersiap untuk latihan koor muji yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari persiapan Semana Santa, khususnya untuk perayaan Hari Bae pada Rabu Trewa dan Jumat Agung.



Latihan ini bukan sekadar persiapan teknis, melainkan sebuah bentuk devosi mendalam, di mana setiap bait yang dinyanyikan menjadi ungkapan iman dan refleksi spiritual. Dipandu oleh seorang dirigen, mereka mulai menyuarakan nada-nada mendalam dari Ratapan Yeremia, lagu yang telah diwariskan turun-temurun dalam tradisi Semana Santa di Larantuka..


Lagu Ratapan Yeremia yang dilatih dalam pertemuan ini bukan sekadar nyanyian duka, melainkan sebuah refleksi historis dan teologis. Berasal dari Kitab Ratapan dalam Perjanjian Lama, syair-syairnya menggambarkan kehancuran Yerusalem pada tahun 586 SM oleh bangsa Babel. Dalam kitab ini, Nabi Yeremia mengungkapkan kesedihan mendalam atas penderitaan bangsanya, namun di tengah kepedihan itu, ada harapan akan belas kasih Tuhan
.

Dalam konteks Semana Santa di Larantuka, lagu Ratapan Yeremia memperoleh makna baru. Lagu ini dinyanyikan sebagai bentuk perenungan atas penderitaan Kristus, yang melalui sengsara-Nya, menebus dosa manusia. Dengan nada yang melankolis dan dinyanyikan secara melismatis, lagu ini menciptakan suasana sakral yang mendalam.


Setiap anggota Konfreria menyanyikan bait-bait lagu dengan penuh penghayatan. Suara mereka berpadu dalam harmoni yang sederhana, namun menggugah perasaan. Nada-nada minor yang mengalun menciptakan suasana yang syahdu, seolah membawa semua yang hadir dalam perjalanan spiritual yang melintasi ruang dan waktu—dari kehancuran Yerusalem hingga ke bukit Golgota tempat Kristus disalibkan.


Latihan ini bukan sekadar latihan vokal, tetapi juga latihan batin. Setiap kata yang diucapkan, setiap nada yang dinyanyikan, adalah doa yang dipersembahkan dengan penuh kesungguhan. Ini adalah warisan iman yang dijaga dengan sepenuh hati, memastikan bahwa generasi selanjutnya tetap dapat merasakan dan menghidupi makna Semana Santa yang sesungguhnya.


Dengan persiapan yang matang, Konfreria Reinha Rosari berharap dapat menyajikan paduan suara yang indah dan penuh makna dalam perayaan Hari Bae. Melalui lagu-lagu Lamentasi, umat diharapkan dapat semakin meresapi makna penderitaan dan pengorbanan Kristus, serta memperdalam spiritualitas dalam rangkaian Semana Santa di Larantuka.

0 Komentar