SEJARAH CONFRERIA REINHA ROSARI LARANTUKA
Confreria Reinha Rosari Larantuka merupakan salah satu serikat awam Katolik tertua di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tahun 1564 oleh Pater Lucas de Cruz, OP., seorang imam dari Ordo Dominikan, bersama dengan para misionaris Portugis dan Spanyol yang bertugas di Flores. Tujuan utama pembentukan Confreria adalah untuk memperkuat peran umat awam dalam kehidupan gereja serta memastikan kesinambungan kegiatan keagamaan di daerah misi tanpa ketergantungan penuh pada para imam.
Pada periode tersebut, para misionaris Dominikan tidak hanya menyebarkan ajaran Katolik, tetapi juga memberikan pelayanan pastoral kepada komunitas Portugis yang telah bermukim di wilayah Solor sejak awal abad ke-16. Keberadaan komunitas ini berkontribusi terhadap perkembangan iman Katolik di Larantuka dan sekitarnya.
Setelah masa pelayanan Ordo Dominikan berakhir di Larantuka, kepemimpinan Confreria Reinha Rosari beralih ke otoritas gereja setempat, yang saat ini berada di bawah tanggung jawab Uskup Larantuka sebagai Ordinaris Wilayah. Serikat ini memegang peranan penting dalam pembinaan iman umat, terutama dalam kondisi ketika keberadaan imam di daerah tersebut mengalami keterbatasan selama hampir satu abad.
Salah satu tradisi utama yang dijaga oleh Confreria adalah perayaan Semana Santa atau Devosi Jumat Agung. Upacara ini telah menjadi bagian dari identitas keagamaan masyarakat Larantuka dan terus dilestarikan sebagai warisan spiritual dari pengaruh Portugis.Perayaan ini dimulai pada Rabu Trewa (Rabu Kelam), mengenang pengkhianatan Yudas Iskariot yang menyebabkan penangkapan Yesus. Pada hari ini, umat berkumpul di kapel Tuan Ana dan Tuan Ma untuk berdoa dan merenung. Prosesi puncak berlangsung pada Jumat Agung, di mana patung-patung Yesus (Tuan Ana) dan Maria (Tuan Ma) diarak melalui rute sepanjang tujuh kilometer yang telah dipersiapkan dengan menanam lilin sepanjang jalan. Prosesi ini melibatkan delapan perhentian atau Armida yang menggambarkan seluruh kehidupan Kristus yang dimulai dari kelahiran,karya hingga kematian dan prosesi berakhir di Gereja Katedral Reinha Rosari, di mana misa malam berlangsung sepanjang malam.
Dalam struktur organisasi Confreria Reinha Rosari Larantuka, jabatan Procurador memegang peran penting sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas koordinasi dan pelaksanaan berbagai kegiatan keagamaan serta tradisi yang dijalankan oleh serikat ini. Procurador berperan dalam memastikan kelancaran prosesi, seperti Semana Santa, serta mengatur tugas-tugas anggota dalam upacara-upacara liturgis dan devosi.Saat ini jabatan Procurador dipegang oleh Fransiskus da Costa, seorang hamba Tuhan yang rendah hati.
Peran Procurador sangat krusial dalam menjaga kesinambungan tradisi dan memastikan bahwa setiap kegiatan berjalan sesuai dengan nilai-nilai dan aturan yang telah ditetapkan oleh Confreria. Kepemimpinan yang efektif dari seorang Procurador membantu memperkuat iman dan kebersamaan umat, serta menjaga kelestarian warisan budaya dan spiritual yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Keanggotaan Confreria terbuka bagi semua umat Katolik yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan pastoral. Mayoritas anggota merupakan individu yang berperan aktif dalam komunitas dan memiliki komitmen terhadap kehidupan rohani. Selain itu, dalam prosesi pemakaman, anggota Confreria turut menyanyikan lagu-lagu Gregorian dalam bahasa Latin, yang menambah kekhidmatan dalam upacara tersebut.
Melalui berbagai aktivitas dan tanggung jawabnya, Confreria Reinha Rosari Larantuka terus memainkan peran sentral dalam menjaga warisan spiritual Katolik serta memperkuat identitas keagamaan umat di wilayah tersebut.